Malam ini sepi, sama seperti biasanya. Tidak. Aku tidak sedang mengeluhkan keadaan, hanya sedang mencoba memberi gambaran tentang bagaimana aku ketika dihadapkan dengan suasana setelah matahari terbenam. Tak jarang setelah hari yang panjang, alih-alih mengantarkan pada jam tidur normal, justru malah menyisakan lelah yang kemudian disambut oleh tumpukan pertanyaan di kepala yang siap menghadangku ketika hendak memejam. Terkadang kepala terasa berat, tapi suasana hati enggan berkompromi untuk bisa segera mengistirahatkan diri. Malam semakin larut, kantuk pun datang setelah mata kenyang menangis.
Jangan terkecoh. Meski menggunakan kata ganti orang pertama tunggal, namun tulisan di atas ini tidak secara mutlak menceritakan tentangku. Melainkan tentang seseorang yang setiap hari berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia 'sudah sembuh' dari luka di batinnya, tentang seseorang yang gelisah dengan penantiannya, tentang seseorang yang sedang ditimpa masalah besar, tentang seseorang yang pandai menyembunyikan sisi melankolinya di hadapan makhluk bernama manusia. Jika kamu adalah salah satu dari tokoh 'seseorang' itu, izinkan aku untuk menyampaikan pesan ini untukmu.
Teruntuk seseorang [yang semoga Allah lembutkan hatimu],

