Beberapa hari yang lalu, aku melihat postingan seorang teman di media sosial yang kurang lebih bertuliskan seperti ini,
"Allah menamakan wanita yang menetap di rumahnya dengan Qororon (tetap), hal ini memiliki makna yang sangat tinggi karena dengan ini jiwanya akan tenang, hatinya menjadi damai dan dadanya pun menjadi lapang. Maka dengan keluarnya seorang wanita dari rumahnya dapat menyebabkan jiwanya terguncang, kegalauan hatinya dan dadanya terasa sempit serta akan membawanya pada keadaan yang berakibat buruk baginya."
Kemudian dengan sering menetap di rumah, kondisi hati dan mental pun menjadi lebih stabil. Tapi ini juga tergantung aktivitas apa saja yang kita lakukan di dalam rumah pada hari itu. Aku menyarankan untuk tetap on track dalam melakukan kebaikan meskipun hanya dilakukan sendirian, seperti membaca buku, menuntut ilmu via internet karena sekarang banyak kajian dan kelas-kelas online yang bermanfaat, belajar hal baru, eksplor skill memasak, membuat kerajinan tangan, bekerja jika memang kamu seorang pekerja (WFH) atau berwirausaha di rumah, mengurus rumah, mengurus anak dan pasangan jika memang sudah menikah, dan lain sebagainya. Lakukan itu semua dalam rangka mengejar ridha-Nya, dalam rangka bertaqarrub pada-Nya dan semoga dengan itu pun waktu kita menjadi berkah meskipun hanya di dalam rumah.
Dengan menyampaikan hal seperti ini, bukan berarti aku menyalahkan perempuan yang memang terpaksa harus berkativitas di luar. Karena nyatanya memang ada beberapa bidang dalam kehidupan ini yang membutuhkan peran perempuan di dalamnya, seperti bidang pendidikan dan kesehatan. Belum lagi, banyak juga di antara mereka yang memang terpaksa harus menjadi tulang punggung di keluarga karena tidak adanya pihak yang memberinya nafkah. Kurasa kita tidak harus terlalu kaku dalam melihat situasi dan kondisi, kita harus tetap bisa melihat sesuatu secara komprehensif.
Adapun yang menjadi pesan besar dari tulisan ini adalah aku berharap setiap muslimah mengerti betul tentang keutamaan menetapnya seorang wanita di dalam rumah. Namun dengan ini pun bukan berarti kemudian kita menjadi seseorang yang anti sosial dan menyebalkan bagi tetangga kita karena alasan jarang bertegur sapa. Tetaplah bersosialiasi dengan sewajarnya dan selektiflah dalam memilih lingkungan yang di mana di situ kita ada peluang untuk terwarnai.
Sungguh aku menulis ini sembari menasehati diriku sendiri, aku pun masih berusaha keras dalam hal ini, aku menyampaikan ini agar semakin termotivasi untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Semoga kita ditolong Allah untuk bisa sama-sama mengamalkan hal-hal baik di atas tadi dengan penuh keikhlasan. Aamiin Allahumma Aamiin.

No comments:
Post a Comment